Pentigraf. Tanggung jawab Senior

Tanggung Jawab Senior
Oleh: Christiana Sutarmi
Minggu pagi yang cerah memanggiku untuk segera beribadah. Sambil menggandeng anak asuhku, akupun
bergegas berangkat takut terlambat. Dalam hitungan menit aku sudah sampai
karena memang dekat. “Puji Tuhan, hari
ini cukup ramai banyak umat yang ke gereja.” Untuk menghindari percakapan yang
kurang berarti, aku segera memasuki gereja. Maklum aku seorang pimpinan
biarawati yang sedang bertugas di pulau Bali
bersama Sr. Christin binaanku. Sebagai seorang senior tentunya ingin
menjadi teladan bagi uniorku
Segera ku berlutut, untuk berdoa pribadi mengucap syukur sebelum Misa Kudus dimulai. Tetiba sayub-sayub terdengar lagu mengiringi pengantin memasuki altar suci untuk mengucap janji perkawinan. Berbahagia...., bergembira ... tiba saatnya berserah setia... Berbahagia.., bergembira cinta bersinar bagai cahaya. Lajulah bahtera hidupmu, mercu suarlah tujuanmu !! Aku pun segera berdiri sambil bertanya dalam hati, siapa yang menikah? Minggu lalu tidak ada pengumuman. Mengapa harus dirahasiakan? Setiap orang, umat yang akan menikah di gereja Katolik harus diumumkan tiga kali berturut-turut untuk mengetahui ada halangan perkawinan atau tidak. Bukanlah ini menyalahi aturan? Sampailah sepasang pengantin di altar ketika lagu selesai dinyanyikan. Segera ku kenali pengantin pria. Dia adalah Martin. Martin menikah dengan siapa ya? Ritus pembuka, Liturgi Sabda, prosesi atau acara khusus perkawinan sudah selesai. Sampai di sini aku belum mengenali mempelai wanita karena bercadar.
Sampailah pada saat akan dilantunkan doa Bapa Kami cadar
mempelai wanita dibuka. Aku tersentak
kaget. “ Suster Christin...oh Suster Christin...!”
aku menjerit sekencang-kencangnya. Aku
marah sekali, merasa dikhianati “Christin menikah? Bukankah seorang suster
tidak boleh menikah? Bagaimana aku harus mengatakan pada pimpinan kami di Malang?
Aku pasti dimarahi habis-habisan karena unior ku menikah. Aku orang yang tak mampu membina unior. Marah bercampur
sedih akhirnya aku menangis. “ Sus...
bangun Sus!Sus, mengapa Suster menangis ... ?” sayub nan pasti ku dengar suara
Suster Christin sambil mengguncang tubuhku dengan wajah cemas. Oh... rupanya aku mimpi. “ Aku bermimpi
suster Christin menikah dengan Martin ” jawabku menatap lekat netra Sr. Christin.
Jambi, 15
Agustus 2021
Komentar
Posting Komentar