Cerpen. Digigit Ular, Oleh Christiana Sutarmi.
Cerpen. Gambar dari Internet sebagai pemanis
Digigit Ular
Oleh: Christiana Sutarmi
Ular, hewan melata
tergolong reptil tak berkaki dan bertubuh panjang ini
selalu dihindari. Akupun selalu menghindar dan bila perlu tak jumpa
sepanjang hidupku. Siapa yang belum pernah melihat ular?
Ular
memiliki sisik seperti kadal dan digolongkan
reptil bersisik (Squamata) ini mudah dijumpai karena sering muncul di tempat
yang tak disangka sebelumnya. Suatu penampakan yang tak diharapkan, terjadi
kemarin sore. ketika aku selesai mencuci
piring seperti biasa kusimpan panci ditempatnya yaitu di rak bawah tempat
cucian piring. Saat itulah tampak olehku
ular sebesar ibu jari dan panjang kurang lebih satu setengah meter melata
bersembunyi di rak panci tempat aku akan menyimpan panci.
Dadaku berdegup kencang, sekaligus kuberjalan mundur
sambil mata terus mengawasi geraknya ular ke arah mana agar mudah nanti
mengusirnya. Setelah berhasil
menenangkan hati kupanggil putraku untuk membantu mengusirnya hidup-hidup.
Dengan bantuan sepotong bambu kuning kecil akhirnya ular
itu berhasil kami singkirkan sekalipun dalam keadaan mati. Dari mana datangnya
ular jenis cobra ini kami tidak tahu.
Bisa jadi ketika pintu dapur terbuka ular itu menyelinap masuk tanpa
seorangpun tahu.
Peristiwa sore tadi membawaku keputaran masa silam. Tibalah
saatnya hari libur nasional. Sekitar
pukul empat sore menjelang hari libur itu, kami serombongan sudah mempersiapkan
diri untuk memulai pendakian gunung.
Ya, kami mau mendaki gunung Panderman yang tidak jauh dari kota Batu di
Jawa Timur. Kugendong tas ransel. Kami semua membawa bekal masing-masing untuk
dirinya sendiri berupa makanan ringan dan minuman.
Ketika hari mulai malam, masing-masing mulai menyalakan
batre dan dipasang ditopi agar tidak mengganggu perjalanan. Kami serombongan berjumlah 15 orang dengan
didampingi dua orang pawang bapak
beranak, senior dan unior. Aku berjalan
dinomor tiga dari belakang.
Perjalanan mulai mendaki.
Kedua tangan mulai sibuk mencari pegangan. Ya kadang ketemu ranting,
kadang ketemu dahan. Kami memang tidak
melalui jalur yang biasa dilalui pendaki pada umumnya. Kami melalui jalur lain yang menurut pawang
pengantar kami, jalur yang kami lalui ini lebih dekat walaupun melalui semak
berduri.
Sedang seru-serunya kami mendaki, tetiba kuraih ranting
hitam yang sempat berkelebat di samping kiri. Belum sempat terpegang ranting
itu, menghilang dari pandangan mata.
Dalam hatiku berkata “ adakah
hantu di sini?”
Sambil terus berdoa dalam hati mohon perlindungan Tuhan, kami
terus berjuang dalam pendakian dengan harapan sebelum jam sepuluh malam kami
akan tiba di Puncak Panderman.
“ Ular ...! ada ular...!” teriak kencang teman di
belakangku. Pada saat yang hampir bersamaan, aku merasa kakiku digigit
ular. “ Aduh....! tolong....!” teriakku
tak kalah kencang. Pemimpin rombongan
pun memberi komando untuk menghentikan pendakian. “Pendakian akan kita teruskan
jika memungkinkan” begitu penjelasan pimpinan rombongan.
Aku serasa pinsan.
Pendakian berhenti. Semua orang
menolongku. Kami kembali turun, berbalik
arah. Aku berjalan turun tak memikirkan apa yang kuinjik. Aku mengandalkan punggung teman di depanku
yang kupakai sebagai pegangan. Mencari tempat yang lebih datar.
Sesampai di tempat yang datar, aku rebahan. Rupanya pak pawang yang memandu kami mendaki,
membawa ramuan obat. Dia
menolongku. Luka bekas gigitan ular
dibersihkannya dengan air liurnya dan ditempel ramuan obat dengan tujuan
menyedot racun atau bisa ular.
Sayub-sayub kudengar teman tertawa membuli karena membersihkan bekas
gigitan ular dengan air liur. Antar
menahan sakit dan marah akupun berteriak...” awas...awas....”
“ Mbak...! ngopo Mbak...!” kata Ida temanku berkali-kali
sambil mengguncang-goncang tubuhku.
Sambil menata pernafasanku, kukumpulkan kesadaranku. Setelah merasa tenang, kubuka mata. “ Oh...! aku mimpi....aku mimpi diigigit ular.” Sungguh aku berkeringat dingin, nafasku pun
masih tersengal-sengal. Seolah kejadian
nyata. Kisah seruku tadi kuceriterakan
pada Ida dan kamipun tertawa.
Profil Penulis
Christiana Sutarmi, Lahir di Kulon Progo Yogyakarta, 01 Februari .
Profesi PNS sebagai Guru
PAKAT dan Budi Pekerti di SDN 187/IX Tanjung Harapan, kabupaten
Muaro Jambi provinsi Jambi.
Pendidikan SD Pangudi Luhur
Boro III, SMP Setya, PGAK Malang ,S-1 th.1994 IPI Malang.
Menikah dengan Petrus
Bambang Silo Santoso.
Menulis Buku Antologi:
1. School Boster
2. Mengajar Masa Pandemi
3. Ladang Pahala ( Sisi lain ibu sekaligus guru)
4. Tip & Triks Mengatasi Kejenuhan Mengajar
5. Simfoni Dua Hati
6. Kuncup Rekah Dandelion
7. Pesan Cinta Untuk Anakku dan beberapa antologi masih dalam proses.
8. Guru Indonesia Menulis
Penulis dapat dihubungni melalui
WA/IG : 081384849960
Fb : Sutarmi christiana
Mantaaap banget mbak ..
BalasHapusSedikit saran, utk penggunaan tanda baca, perlu diperdalam nih 🙈🙏🏻 lanjutkan Mbak 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Baik Bu. Terima kasih masukannaya
Hapus